ITEBA – Tantangan menapaki era revolusi industri 4.0 sudah di depan mata. Diperlukan beberapa perguruan tinggi dalam bidang teknologi untuk menyokong kompetensi lulusan yang siap menghadapi revolusi industri tersebut. Salah satu perguruan tinggi yang akan menjadi salah satu penyokongnya adalah Institut Teknologi Batam (ITEBA).
Hal itu dikatakan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat meletakkan batu pertama pembangunan gedung ITEBA dan secara resmi memberikan SK izin operasional ITEBA yang disaksikan oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB), Jumat (26/1), di Kampus ITEBA.
Menristekdikti mengimbau agar baik ITEBA maupun Batam Tourism Polytechnic (BTP) yang dikelola oleh Yayasan Vitka Tirta ini harus melakukan terobosan di era revolusi industri 4.0.
“Misalnya laboratorium bisa dibuat audiovisual. Karena ke depan kuliah ada tiga model yang akan dikembangkan. Face to face, blended learning, dan online learning system,” ungkap Nasir.
Nasir pun mengatakan di BTP dosen yang mengajar sebaiknya tidak hanya dari akademisi tapi juga dari industri. Hal ini agar bisa memberikan pemahaman di dunia industri. Ia menerangkan meski dosen tersebut tidak memiliki kualifikasi S2, namun bisa dipertimbangkan jika memiliki sertifikasi kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri melalui Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
“Jangan hanya terkungkung dengan peraturan. Yang penting lulusannya nanti bisa terserap di industri. Jika tidak, kita akan tertinggal di era disruptif inovasi,” tandas Nasir.
Menurut Ketua Pembina Yayasan Vitka Tirta yang juga MenPAN RB, Asman Abnur, selain potensi pariwisata yang besar dari Batam, Batam juga memiliki potensi SDM dalam bidang teknologi informasi (IT).
“Oleh karena itu kami ingin sekali agar SDM yang potensial ini dapat kami didik agar SDM Indonesia berdaya saing. Kini SDM di seputaran Batam, baru kuliah sebentar saja kebayakan sudah ditawari kerja di beberapa Negara tetangga, ini upaya juga untuk menguasai dunia IT,” tuturnya.
Asman mengatakan dirinya ingin mencoba memadukan antara pariwisata dengan teknologi. Menurutnya hal ini karena industri pariwisata ke depan tidak akan ada matinya.
“Untuk itu perlu SDM yang menguasai industri pariwisata. Maka dari itu keberadaan BTP ini agar bisa menyiapkan SDM yang nantinya memiliki kompetensi di bidang pariwisata,” ucap Asman.
Terkait dengan pengembangan teknologi, Asman berharap di Batam bisa dibuat pusat rekayasa teknologi seperti Sillicon Valley di Amerika Serikat. Hal ini karena di Batam telah ada industri digital animasi yaitu Nongsa Digital Park. Terlebih, letak Batam yang berdekatan dengan Singapura juga bisa menjadi nilai tambah.
“Industri sekarang ini yang dibutuhkan adalah industri yang memiliki nilai inovasi tinggi. Untuk itu, kehadiran ITEBA diharapkan bisa menjadi penyokong industri inovasi tersebut,” pungkasnya.
ITEBA saat ini baru memiliki 2 Fakultas yaitu Fakultas Teknologi Industri (dengan program studi Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa) dan Fakultas Teknologi Informasi (dengan program studi Sistem Informasi, Teknik Komputer, Desain Komunikasi Visual, Matematika). Pada kesempatan yang sama ITEBA juga melakukan penandatanganan kerjasama dengan ITB.
Hadir dalam acara peletakan batu pertama ITEBA antara lain Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Intan Ahmad, Walikota Batam, serta undangan lain. (DZI/SH)
Sumber: RISTEKDIKTI