Wakil Rektor 1 Institut Teknologi Batam (ITEBA), Dr. Eng. Ansarullah Lawi, hadir sebagai narasumber dalam Program Dialog “Batam Menyapa” di RRI PRO 1 Batam 105.1 FM. Acara yang disiarkan pada Rabu pagi dari pukul 08:00 hingga 09:00 ini mengangkat tema “Mengelola Limbah Plastik Menjadi Produk Bernilai”. Selain Pak Lawi, turut hadir pula Direktur PT Free The Sea, Ibu Agiana Ditakristi, sebagai narasumber.
Dalam program tersebut, Ibu Agiana Ditakristi, yang akrab disapa Bu Dita, menjelaskan visi dan misi PT Free The Sea yang sangat peduli dengan isu lingkungan di Indonesia. Anak perusahaan WIK Group ini mengelola limbah botol plastik di Batam menjadi produk Coffee Maker. “Botol PET yang dikumpulkan oleh warga Batam nantinya akan dijual ke Free The Sea (FTS) untuk dikonversi menjadi bijih plastik sebagai bahan dasar produk yang berkualitas ekspor. Kalau biasanya kita menerima sampah kiriman dari luar, kali ini kita mengekspor sampah plastik dengan nilai ekonomis tinggi melalui produk berkualitas tinggi seperti Coffee Maker,” jelas Bu Dita. Selain itu, PT Free The Sea aktif secara rutin mengoordinasi program pembersihan lingkungan pada hari-hari spesial seperti Hari Bumi, Hari Sampah, Hari Laut, dll.
Di sisi lain, Pak Lawi memaparkan peran ITEBA sebagai institusi akademik yang aktif berkontribusi dalam pengelolaan limbah plastik. ITEBA saat ini sedang merancang mesin pengolahan sampah yang dapat mengubah limbah plastik low grade, selain botol PET, menjadi produk bernilai lainnya yaitu Paving Block. Mesin ini tidak hanya memberikan dampak lingkungan tetapi juga ekonomi dan sosial. “Mesin ini membantu mengurangi jumlah sampah yang terbuang di lingkungan sekitar sehingga mengurangi polusi tanah dan air. Edukasi dan keterlibatan masyarakat dalam proyek ini akan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Paving block hasil pengolahan sampah dapat dijual, memberikan sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat,” jelas Pak Lawi.
Lebih lanjut, Pak Lawi menyatakan bahwa warga bisa mendapatkan tambahan penghasilan sekitar 3,6 juta rupiah per bulan dari penjualan paving block, dengan asumsi hanya menggunakan satu mold saja. “Jadi, bayangkan efek multiplenya jika diaplikasikan ke beberapa mold paving block,” tambahnya.
Rencananya, mesin ini akan ditempatkan di Pulau Buluh. Dalam kegiatan ini, ITEBA akan bekerja sama dengan pemerintah, industri, dan lembaga masyarakat di Pulau Buluh. ITEBA optimis bahwa proyek ini akan mengubah sampah menjadi sumber daya yang berharga dan menjadikan Pulau Buluh sebagai contoh sukses pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan menguntungkan.
Dengan adanya kolaborasi antara akademisi, industri, dan masyarakat, diharapkan inovasi ini dapat menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi permasalahan limbah plastik khususya di Kota Batam, serta memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Rekaman video Batam Menyapa dari RRI PRO 1 Batam 105.1 FM ii dapat di lihat pada link berikut.