
Batam, 15 September 2025 – Institut Teknologi Batam (ITEBA) menggelar Forum Group Discussion (FGD) dengan tema “Dampak Sosial-Ekonomi Pencemaran Laut terhadap Pariwisata di Batam” pada Sabtu, 13 September 2025 di Ruang B3-14 Kampus ITEBA. Kegiatan ini menghadirkan perwakilan dari berbagai institusi terkait yang berperan langsung dalam pengembangan pariwisata dan kelestarian lingkungan di Kepulauan Riau.
Turut hadir dalam diskusi, perwakilan BP Batam , POKDARWIS Pulau Abang, POKDARWIS Pulau Penawar Rindu, Diskominfo Kota Batam, Dinas Perikanan Kota Batam, Bappeda Kota Batam, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri, FORPASI Kepri, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, serta perwakilan dari BTP. Sementara itu dari pihak ITEBA hadir Wakil Rektor I Bapak Dr. Eng. Ansarullah Lawi, M.Eng, Kaprodi Manajemen Rekayasa Bapak Ir. Aulia Agung Dermawan, S.T., M.T, serta Dosen Program Studi Perdagangan Internasional Bapak Roni Adi, SE., MM dan Ibu Devina Wistiasari, S.M., M.M.
Batam sebagai pusat ekonomi sekaligus destinasi pariwisata di Kepri menjadikannya wilayah dengan potensi investasi tinggi dan kontribusi besar terhadap devisa Negara. Namun, potensi tersebut dihadapkan pada tantangan serius berupa pencemaran laut. Ancaman utama meliputi sampah, tumpahan minyak atau oli, limbah restoran, hingga kerusakan hutan mangrove akibat aktivitas industri dan pembangunan perumahan. Hal inilah yang menjadi perhatian khusus dalam tema diskusi kali ini.
Para stakeholder menegaskan bahwa pencemaran laut tidak hanya berdampak pada ekosistem, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Nelayan berisiko kehilangan sumber mata pencaharian, citra pariwisata dapat tercoreng, dan daya tarik wisata bahari pun bisa menurun drastis.
“Pencemaran laut bukan hanya mengancam lingkungan, tetapi juga sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Batam,” ujar Dr. Eng A. Lawi dalam pandangannya.
Masing- masing institusi yang hadir memberikan masukan, serta strategi penanganan terhadap ancaman pencemaran laut ini. Diskusi berlangsung interaktif dengan fokus pada langkah kolaboratif lintas sektor agar pembangunan ekonomi dan industri di Batam tetap sejalan dengan pelestarian lingkungan laut.
Diskusi ini menghasilkan tiga rekomendasi. Pertama, penguatan tata kelola melalui model Penta-Helix agar pemerintah, kampus, pelaku usaha, komunitas, dan media bergerak serempak dari hulu ke hilir dengan target layanan dasar yang jelas, pembagian peran tegas, dan indikator capaian yang terukur di pesisir prioritas Batam. Kedua, menindaklanjuti tahap eksekusi melalui rencana aksi terpadu dalam forum bersama, sosialisasi kanal pelaporan warga (misalnya lapor.go.id), aktivasi sistem tanggap darurat sampah terintegrasi, serta sinergi perizinan satu pintu antara BP Batam–Pemko Batam–Pemprov Kepri yang memudahkan penataan ruang pesisir, pengawasan kegiatan berisiko, dan penertiban pelaku usaha yang abai pada kewajiban pengelolaan sampah.
Ketiga, inovasi dan pemberdayaan difokuskan pada percepatan operasional TPS 3R yang terpilah sejak dari sumber rumah tangga, perluasan bank sampah, dan pemanfaatan aplikasi perizinan terpadu untuk memangkas hambatan layanan lingkungan dan izin usaha pendukung 3R.
Melalui forum ini, ITEBA turut menjadi peran penting dalam menghadirkan ruang dialog, riset, dan solusi akademik untuk isu-isu strategis yang berdampak langsung pada masyarakat. FGD diharapkan menjadi awal dari sinergi berkelanjutan antara dunia akademik, pemerintah, komunitas, dan industri dalam menjaga kelestarian lingkungan laut demi keberlanjutan pariwisata Batam.



-Tim Publikasi Humas